Mengenai Saya

Foto saya
berikan apa yang terbaik untuk ku"aku pun akan memberikannya lebih dari yg kamu berikan" Tidak ada salahnya memiliki 'persyaratan' untuk 'calon', tapi tidak ada salahnya juga memberi kesempatan kepada yang berhenti di depan kita.

Jumat, 11 Desember 2009

Ingat Ya (Cinta Apa Nafsu?)

“ketika orang melakukan hal yang tidak baik kepadamu, tuliskanlah perbuatan tidak baiknya itu di pasir, agar segera hilang terbawa angin dan tidak kamu ingat2 lagi

ketika orang melakukan melakukan hal yang baik kepadamu, tuliskanlah perbuatan baiknya itu di batu, agar tidak mudah terhapus atau terlupa, selalu kamu ingat

ketika kamu melakukan hal yang baik kepada orang lain, tuliskanlah perbutatan baikmu itu di pasir, agar segera hilang terbawa angin dan kamu tidak ingat2 lagi kebaikanmu kepada orang lain itu sehingga kamu tidak jadi besar kepala atau minta balas jasa

ketika kamu melakukan hal yang tidak baik kepada orang lain, tuliskanlah perbuatan tidak baikmu itu di batu, agar tidak mudah terhapus dan kamu akan selalu ingat untuk tidak melakukannya lagi”




Cinta Apa Nafsu?


SUSAH banget membedakannya?! Mirip banget, sih?! Sudah seperti orang kembar saja!!! Kembar siam pula!!! Dempet dan beriringan terus!!! Tidak mau dipisahkan begitu saja. Ya, nggak?!

Ceritanya ada seorang mahasiswi dari Universitas Maranatha Bandung yang maju dan bertanya saat sedang seminar tentang “Seks Yang Sehat Itu Bagaimana, Ya?” yang diadakan di kampus tersebut pada Hari Aids tanggal 1 Desember yang lalu. Sebuah pertanyaan yang menurut saya sangat bagus. Simpel namun seringkali membuat bingung. Apalagi bagi usianya yang terbilang masih dalam usia pencarian, sehingga seringkali terjebak dengan pertanyaan-pertanyaan seputar cinta dan nafsu itu sendiri.

Bagi saya, mahasiswi ini juga sangat spesial karena berani mengajukan pertanyaan seperti itu. Tidak pakai malu dan ragu. Masalahnya, kebanyakan anak muda seperti dia, merasa sudah tahu. Sudah mengerti. Sudah paham banget. Makanya, jadi banyak yang keblinger sendiri. Berkutat dan berperang antara hasrat dan pikiran sendiri, mengambilan kesimpulan sendiri, dan pada akhirnya kebablasan sendiri.

Saya sendiri terkadang sulit untuk menjawab pertanyaan seperti ini karena tidak bisa dijelaskan dalam bentuk yang konkret. Semuanya sangat bias terutama bagi mereka yang belum pernah pacaran dan tidak pernah melakukan kegiatan seksual bersama pasangan. Agak repot bagi mereka untuk bisa menghayati dan memahaminya secara lebih mendalam. Kata-kata saja sepertinya kurang bisa diterima.

Menurut saya, perbedaan cinta dan nafsu adalah pada soal memberi dan menerima. Cinta itu memberi, sementara nafsu itu menerima. Cinta bisa mendatangkan nafsu sementara nafsu belum tentu mendatangkan cinta. Dua-duanya berjalan seiringan saat sepasang manusia baik sedang dilanda asmara maupun sedang mencari asmara. Selalu ada dan tidak pernah lepas antara satu dengan yang lainnya.

Berapa banyak, sih, di antara kita yang melakukan hubungan seksual sebelum nikah dengan alasan cinta? Berapa banyak yang memintanya untuk alasan cinta? Berapa banyak juga yang memberikannya untuk cinta? Ngaku aja, deh!!! Hehehe….

Buat mereka yang meminta seks dengan alasan cinta, lebih baik jujur saja pada diri sendiri kalau sebetulnya itu semua bukanlah cinta. Nafsu!!! Bohong saja kalau tidak mau mengaku juga!!! Nenek-nenek gondrong juga tahu, kok!!! Mana ada orang cinta meminta sesuatu yang sebegitu suci dan berharganya? Justru seharusnya merasa bersalah bila sampai tidak bisa menunggu sebelum waktunya. Lha, yang puas itu siapa kalau sampai berhasil mendapatkannya? Yang meminta, kan? Egois banget, nggak, sih?! Sementara cinta itu untuk diberikan bukan untuk diterima!!! Kepuasan yang diterima dari permintaan itu namanya buah dari nafsu!!! Jujur sajalah!!!

Bagi mereka yang memberikan keperawanan dan kesucian dengan alasan cinta, ini juga bisa karena cinta atau karena dua-duanya, cinta dan nafsu. Ketulusan di dalam memberikan itu semua sebagai sebuah pertanda bahwa seluruh yang ada dan dimiliki diberikan kepada sang kekasih merupakan cinta. Namun, di dalam proses memberikan semuanya itu, harus dilihat terlebih dahulu. Kalau awalnya dari ciuman bibir yang kemudian menjadi sangat menggelora sehingga timbul keinginan untuk melakukan yang lebih lagi, yah, itu, sih, nafsu juga. Habis ciuman, berpelukan, dan diraba gitu, lho?! Bohong, deh, kalau tidak nafsu!!! Kan, ciuman, berpelukan, dan saling raba itu bagian dari pemanasan yang memang fungsinya untuk membangkitkan gairah. Ya, kan? Makanya, suami istri pun biasanya mengawali persetubuhan mereka dengan melakukan itu semua terlebih dahulu. Yang namanya penetrasi atau sexual intercourse, selalu jatuhnya belakangan!!!

Lalu bagaimana menggambarkan cinta yang sesuangguhnya. Cinta yang sesungguhnya akan mengarahkan perasaan untuk mendorong inspirasi, pemikiran, jiwa, dan arah serta tujuan hidup ke sesuatu yang sifatnya spiritual. Apresiasi terhadap cinta itu sendiri justru membuahkan keindahan dan menghasilkan apa yang disebut sebagai kesucian. Baca Platonic Love”, deh!!! Makanya, cinta itu sifatnya sangat suci, sakral, dan dipenuhi oleh aroma spiritual yang sangat dalam dan dahsyat rasanya. Membuat dada seringkali terasa sesak oleh bunga-bunga cinta yang tumbuh di dalam hati dan pikiran kita.

Cinta itu juga sifatnya abadi, kok!!! Tidak bisa hilang begitu saja. Dilupakan, sih, bisa-bisa saja, tetapi akan selalu tetap ada di dalam hati kita. Bila kita mencoba jujur saja bertanya ke dalam hati kecil kita yang tidak pernah bohong itu, kita akan tahu sendiri jawabannya. Tanya dan dengarkan, ya!!! Please!!! Ini semua demi kebahagiaan kita sendiri. Bukan untuk siapa-siapa!!!

Semoga bisa dimengerti!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar