Mengenai Saya

Foto saya
berikan apa yang terbaik untuk ku"aku pun akan memberikannya lebih dari yg kamu berikan" Tidak ada salahnya memiliki 'persyaratan' untuk 'calon', tapi tidak ada salahnya juga memberi kesempatan kepada yang berhenti di depan kita.

Minggu, 08 Februari 2009

KerinDuaNku SepErti BuruNG






keluarga

burung. Mulai dari yang kecil hingga yang besar. Mulai dari yang
bersuara lembut hingga yang bersuara menggelegar. Mereka tinggal di
suatu pulau nun jauh di balik bukit pegunungan.

Sebenarnya selain jenis burung masih ada hewan lain yang hidup di
sana. Namun sesuai namanya negeri burung, yang berkuasa dari kelompok
burung. Semua jenis burung ganas, seperti, burung pemakan bangkai,
burung Kondor, burung elang dan rajawali adalah para penjaga yang
bertugas melindungi dan menjaga keselamatan penghung negeri burung.







Burung-burung kecil bersuara merdu, bertugas sebagai penghibur. Kicau
mereka selalu terdengar sepanjang hari, selaras dengan desau angin dan
gesekan daun. Burung-burung berbulu warna warni, pemberi keindahan.

Mereka bertugas bekeliling negri melebarkan sayapnya, agar warna-warni
bulunya terlihat semua penghuni. Keindahan warnanya menimbulkan
kegembiraan. Dan rasa gembira bisa menular bagai virus, sehingga semua
penghuni merasa senang.

Pada suatu ketika, seekor induk elang tengah mengerami telur-telurnya.
Setiap pagi elang jantan datang membawa makanan untuk induk elang.
Akhirnya, di satu pagi musim dingin telur-telur mulai menetas. Ada 3
anak elang yang nampak kuat berdiri. Dua anak elang hanya mampu
mengeluarkan kepalanya dari cangkang telur harus berakhir dalam paruh
sang ayah.

Dengan tangkas, elang jantan mengoyak cangkang telur lalu
mematuk-matuk calon anak yang tak jadi. Perlahan-lahan sang induk
memberikan potongan-potongan tubuh anaknya ke dalam paruh mungil
anak-anak elang. Kejam...? Ini hanya masalah kepraktisan. Untuk apa
terbang dan mencari makan jauh-jauh jika ada daging bangkai di dalam
sarang. Sebagai hewan, elang hanya mempunyai naluri dan akal tanpa
nurani. Inilah yang membedakan manusia dan hewan.

Waktu berjalan terus, hari berganti hari. Anak-anak elang yang
berbentuk jelek karena tak berbulu, kini mulai menampakkan
keasliannya. Bulu-bulu halus mulai menutupi daging di tubuh
masing-masing. Kaki kecil anak-anak elang sudah mampu berdiri tegak.
Walau kedua sayapnya belum tumbuh sempurna.

Induk elang dan elang jantan, bergantian menjaga sarang. Memastikan
tak ada ular yang mengincar anak-anak elang dan memastikan anak-anak
elang tak jatuh dari sarang yang berada di ketinggian pohon.

Suatu pagi, saat induk elang akan mencari makan dan bergantian dengan
elang jantan menjaga sarang. Salah seekor anak elang bertanya:

"Kapankah aku bisa terbang seperti ayah dan ibu?"

Induk elang dan elang jantan tersenyum, bertukar pandang lalu elang
jantan berkata: "Waktunya akan tiba, anakku. Jadi sebelum waktu itu
tiba, makanlah yang banyak dan pastikan tubuhmu sehat serta kuat".
Usai sang elang jantan berkata, induk elang merentangkan sayapnya
lalu mengepakkan kuat-kuat.

Hanya dalam hitungan yang cepat, induk elang tampak menjauhi sarang.
Terlihat bagai sebilah papan berawarna coklat melayang di awan.
Anak-anak elang, masuk di bawah sayap elang jantan. Mencari kehangatan
kasih sang jantan.

Waktu berjalan terus, musim telah berganti dari musim dingin ke musim
semi. Seluruh permukaan pulau mulai menampakan warna-warni dedaunan.
Bahkan sinar mentari memberi sentuhan warna yang indah.

Anak-anak elang pun sudah semakin besar dan sayapnya mulai ditumbuhi
bulu-bulu kasar. Suatu ketika seeor anak elang berdiri di tepi sarang,
ketika ada angin kencang, kakinya tak kuat mencengkram tepi sarang
sehingga ia meluncur ke bawah. Induk elang langsung merentangkan
sayang dan mendekati sang anak seraya berkata: "Rentangkan dan kepakan
sayapmu kuat-kuat!"

Tapi rasa takut dan panik menguasai si anak elang karenanya ia tak
mendengar apa yang dikatakan ibunya. Elang jantan menukik cepat dari
jauh dan membiarkan sayapnya terentang tepat sebelum si anak mendarat
di tanah. Sayap elang jantan menjadi alas pendaratan darurat si anak
elang.

Si anak elang yang masih diliputi rasa panik dan takut tak mampu
bergerak. Tubuhnya bergetar hebat. Induk elang, dengan kasih memeluk
sang anak. Menyelipkan di bawah sayapnya dan memberikan kehangatan.
Sesudah si anak tenang dan tak gemetar, induk elang dan elang jantan
membawa si anak kembali ke sarang.

Peristiwa itu menimbulkan rasa trauma pada si anak elang. Jangankan
berlatih terbang dengan merentangkan dan mengepakkan sayap. Berdiri di
tepi sarang saja ia sangat takut. Kedua saudaranya sudah mulai terbang
dalam jarak pendek. Hal pertama yang diajarkan induk dan elang dan
elang jantan adalah berusaha agar tidak mendarat keras di dataran.

Lama berselang setelah melihat e dua saudaranya berlatih, si elang
yang pernah jatuh bertanya pada ibunya:

"Adakah jaminan aku tidak akan jatuh lagi?"

"Selama aku dan ayahmu ada, kamilah jaminanmu!" jawab si induk elang
dengan penuh kasih.

"Tapi aku takut!' ujar si anak

"Kami tahu, karenanya kami ta memaksa." Jawab si induk elang lagi.

"Lalu apa yang harus kulakukan agar aku beraai?" tanya si anak

"Untuk berani, kamu harus menghilangkan rasa takut!"

"Bagaimana caranya?"

"Percayalah pada kami!" Ujar elang jantan yang tiba-tiba sudah berada
di tepi sarang.

Si anak diam dan hanya memandang jauh ke tengah lautan. Tiba-tiba si
anak elang bertanya lagi.

"Menurut ibu dan ayah, apakah aku mampu terbang keseberang lautan?"

Dengan tenang si elang jantan berkata: "Anakku kalau kau tak pernah
merentangkan dan mengepakkan sayapmu, kami tidak pernah tahu, apakah
kamu mampu atau tidak. Karena yang tahu hanya dirimu sendiri!"

Lalu si induk elang menambahkan: "Mulailah dari sekarang, karena
langkah kecilmu akan menjadi awal perubahan hidupmu. Semua perubahan
di mulai dari langkah awal, anakku!"

Si anak elang diam tertegun, memandang takjub pada induk elang dan
elang jantan. Kini ia sadar, tak ada yang tahu kemampuan dirinya
selain dirinya sendiri. Kedua orang tuanya hanya memberikan jaminan
mereka ada dan selalu ada, jika si anak memerlukan.

Didorong rasa bahagia akan cinta kasih orang tuanya, si elang kecil
berjanji akan berlatih dan mencoba. Ketika akhirnya ia menggantikan
elang jantan menjadi pemimpin keselamatan para penghuni negeri burung,
maka tahulah ia, bahwa kesuksesan yang diraihnya adalah di mulai saat
tekad terbangun untuk melangkah. Sukses itu tak pernah ada kalau
hanya sebatas tekad. Tapi tekad itu harus diwujudan dengan tindakan
nyata walau di mulai dari langkah yang kecil.

Mulailah rentangkan dan kepakkan sayap kemampuanmu, maka dunia ada
digenggamanmu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar